Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

blog-indonesia.com

16 Agustus 2008

Hari Bahagia Buat Mak Mar

Sudah tiga puluh lima tahun lebih rumah itu masih terlihat sama. Sebuah rumah yang sangat sederhana yang – bisa dikatakan mirip gubuk reot – kokohnya luar biasa. Padahal pondasi rumah itu hanya tersusun dari batu bata berperekat tanah liat bukan semen. Dinding rumah sama sekali tidak bertembok seperti rumah-rumah gedung milik tetangga di samping kiri-kanan. Melainkan terbuat dari gedhek. Tak sedikit pun terlihat adanya rombakan total dari rumah itu, hanya saja bagian-bagian kecil yang selalu dibenahi, seperti genteng yang telah aus dimakan cuaca, dan jika musim penghujan tiba seisi rumah disibukkan mencari bak atau ember penadah air hujan karena genteng yang bocor di sana-sini. Bukannya tidak mau atau tidak ada niat untuk merombaknya, tetapi apa daya jika uang tidak ada. Bisa makan sehari-hari dan menyekolahkan anak-anaknya saja sudah bersyukur. Cuma setahun sekali diwaktu lebaran tiba rumah itu tampak cerah berbinar dan tersenyum ramah pada siapa saja yang datang bersilaturrahmi. Sapuan putih kapur gamping membuat rumah itu tampak muda lagi.


Wanita itu akrab disapa Mak Mar dan suaminya yang renta bernama Pak Kasim. Mereka bukan petani, bukan pula buruh tani. Pekerjaannya cuma membuat emping dan pulii. Dari situlah ia mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka tidak punya sawah untuk digarap. Hanya kebun warisan belakang rumah yang tidak begitu luas, tetapi cukup bermanfaat untuk menambah penghasilan, yang ditanami pohon pisang, ketela, bentol, melinjo, pohon kelapa dan beberapa pepohonan penghasil kayu. Selain itu, mereka juga mempunyai ternak yang dipelihara. Dulu ternak yang dimiliki tidak sekedar ayam dan kambing, melainkan juga sapi. Tetapi, semua sapi-sapi itu telah habis terjual untuk biaya kelahiran anaknya yang ke enam dan ke tujuh. Sungguh betapa bahagianya mak Mar waktu itu ketika ia melahirkan anak terakhirnya dengan selamat, dan segera sang suami menggendong si jabang bayi yang baru lahir itu, lalu mengumandangkan adzan di sampingnya. Kini, ternak yang tersisa hanya lah beberapa ekor kambing dan ayam kampung serta burung dara yang masih dipelihara...selengkapnya

Tidak ada komentar: