Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

blog-indonesia.com

26 Juni 2008

SKIZOFRENIA

Oleh:

Sri Rezeqi Dwi Handayani


Cara Keluarga Menghadapi Gangguan Skizofrenia




A. Pengertian Skizofrenia


Menurut Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.


Menurut Kartono (1986, h. 259-260) Skizofrenia dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

  1. Skizofrenia Hebefrenik.

Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Kesadarannya masih jernih, akan tetapi kesadaran akunya sangat terganggu.

Ciri-cirinya:

a. Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi berat.

b. Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab fikirannya kacau,melantur.

c. Banyak tersenyum-senyum dengan muka yang selalu perat perot tanpa ada perangsang sedikit pun.

  1. Skizofrenia katatonik.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.

b. Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkatah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan.

c. Ada gejala-gejala stupor.

d. Kadang-kadang disertai catatonic excitement.

e. Mengalami regresi total.


  1. Skizofrenia paranoid.

a. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.

b. Pasin tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.

c. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga.

d. Merasa dirinya penting, besar grandieus.

e. Sering sangat fanatik religious secara berlebihan.

f. Kadang-kadang bersifat hipokondris...selengkapnya


Globalisasi, Mau Diterima atau Ditolak Ya?

Oleh: Sri Rezeqi Dwi Handayani



Kemajuan teknologi di jaman modern ini ternyata membawa dampak yang sangat luar biasa bagi masyarakat, terutama anak-anak muda yang sangat mudah menerima arus globalisasi yang mengalir sangat deras ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ada dampak positif dari globalisasi namun tidak sedikit dampak negatifnya, jika kita tidak pintar-pintar dalam menyaringnya.


Dampak positif dari globalisasi sangat terlihat dari kemajuan teknologi yang semakin hari semakin maju. Alat-alat rumah tangga kini sudah dikerjakan dengan mesin, masuknya internet mempermudah kita mengakses informasi apapun yang kita inginkan bahkan sekarang pabrik-pabrik sudah tidak membutuhkan tenaga manusia lagi karena semua sudah dikerjakan oleh mesin-mesin atau robot. Sungguh luar biasa pengaruh globalisasi bagi manusia.


Itu mungkin beberapa dampak positif dari globalisasi yang kita rasakan sekarang, tapi dampak negatifnya pun cukup banyak dan sangat meresahkan, diantaranya; akibat digantinya tenaga manusia ke mesin atau robot, mengakibatkan banyak pekerja-pekerja pabrik yang di PHK. Dampak dari situasi seperti itu adalah banyaknya pengangguran sehingga mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia. Dari sisi teknologi informatika terutama masuknya internet ternyata dampaknya sangat luar biasa bagi anak-anak dan remaja. Mudahnya masuk dalam jaringan internet membuat banyak orang menyalahgunakan fungsi internet yang sebenarnya...selengkapnya



22 Juni 2008

Pers; Tinjauan Historis dan Orientasinya

Oleh : Bungkapit21

“Kau tahu kenapa aku menyayangimu lebih dari yang lain? Karena kau menulis...”
(Pramoedya Ananta Toer)



Mukadimah


Dalam proses interaksi sosial, manusia tidak pernah luput dari apa yang namanya komunikasi. Disini komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi tersebut karena salah satu esensi dalam kehidupan manusia adalah kebebasan berbicara dan berpendapat. Produk manusia yang akhirnya menjadi alat untuk berkomunikasi adalah bahasa. Dengan bahasa inilah manusia berhubungan. Disisi lain bahasa ternyata tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi dan bersifat deskriptif(sarana melukiskan fenomena atau lingkungan sekitar), bahasa mampu mempengaruhi cara kita melihat lingkungan. Implikasinya bahasa juga digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap suatu peristiwa, misalnya dengan menekankan, mempertajam, memperlembut, atau mengaburkan peristiwa tersebut.


Komunikasi mempunyai beberapa bentuk. Salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan adalah komunikasi massa, yaiut komunikasi melalui media massa. Komunikasi seperti ini biasanya bersifat satu arah(one way traffic communication) dan polanya adalah; Komunikator – Pesan – Komunikan. Sebagai contohnya adalah koran, majalah, bulletin, tabloid, televisi, radio, dsb. Agar tidak terlalu panjang lebar, pokok bahasan yang lebih ditekankan di sini adalah tentang gerak dan peranan media massa sebagai salah satu bentuk komunikasi massa, khususnya media massa mahasiswa atau biasa disebut persma.
..selengkapnya

17 Juni 2008

Kabar Rindu Dari Timur




To          : anginselatan@yahoo.co.id
Date        : 21 Mei 2006 00:05:21
Subject     : Untukmu Di Selatan




Apa kabarmu kawan..?

Sudah sekian lama kita berpisah rindu hati ini untuk beromantisme dengan masa lalu, berbagi cerita dan berdiskusi denganmu melewati malam. Berteman secangkir kopi, sepiring jadah bakar, dan sebungkus rokok kretek Dji Sam Soe di angkringan dekat stasiun Tugu. Sama seperti dulu yang sering kita lakukan semasa mahasiswa ketika gairah muda masih bergejolak dan semangat perlawanan akan sebuah kondisi sosial yang timpang selalu membara dalam hati. Semoga semangat itu tak pernah padam ditelan waktu. Secuil harapanku untukmu. Selalu.

Delapan tahun berlalu tentunya menorehkan kisah yang panjang di antara kita. Banyak orang bilang bahwa hidup itu pilihan dan jejak-jejak langkah kita bebas mengantar kemana kita harus melangkah. Dan pilihanmu adalah kebebasanmu, begitu juga denganku. Kita selalu percaya–dan memang sebuah kenyataan–kawan selalu datang dan pergi layaknya angin yang berhembus sesukanya, kadang dia datang tak disangka lalu lenyap begitu saja ketika kita masih menikmati sentuhan lembutnya.

Ibarat para buruh tani yang karena terlalu seringnya menikmati ketertindasannya, menjadikan itu sebuah keindahan hidup karena mereka meyakini bahwa kekekalan bukan terletak di situ. Dunia ini bagi mereka hanya sebatas dayungan sementara menuju pulau keabadian. Mereka terlalu lelah untuk merubah kenyataan dan hanya bisa pasrah menyerahkan kemerdekaan hidupnya di ping-pong kesana kemari oleh iklim kebijakan para penguasa yang hanya peduli ketika suara mereka dibutuhkan untuk naik singgasana kekuasaan.

Kawan...
Kadangkala aku bertanya dalam hati kecil ini, apa salah jika kita ingin beromantisme dengan bagian sejarah kita di masa lalu yang menjadikan kita bisa seperti ini? Apakah itu terlalu naif jika kita lakukan? Apa lantas absah dibilang “banci” karena sekedar ingin belajar dari sejarah—dan sejenak terbuai dengan kebesaran masa lalu—yang membentuk kita? Atau mungkin orang bisa bilang begitu karena dia terlalu munafik untuk sekedar memanja dirinya dengan buaian imajinasi lampau untuk meraih guargaba di hari depan?

Ooo...kiranya aku tahu sekarang, mungkin—aku paling benci dengan kata ini—mereka mengira bahwa beromantisme cenderung ke watak orang-orang yang oportunis, terlalu terbuai sampai membuat kita insomnia, mabuk dengan kenikmatan dan keindahan kejayaan lampau hingga kita tak sanggup berdiri lagi. Putus asa. Dikalahkan keadaan. Lumpuh akut stadium empat. Atau bisa jadi itu berangkat dari chaos ego dalam diri karena melihat banyaknya seorang kawan diantara kita yang dulu terlalu menonjolkan eksistensinya, sehingga lupa akan tugas, peran, dan posisinya yang sebenarnya.

Tentu tak mudah untuk melupakan sejarah yang telah membentuk kita. Semangat militansi yang mengokohkan karakter tahan banting. Tegar. Tak mudah putus asa. Dan pantang untuk dihempas badai. Bagaimana pondasi kekuatan yang kita bangun dulu telah berdiri kokoh. Semua begitu indah dalam satu kesatuan utuh. Tak terpecah.

Kaupun tentu masih ingat peristiwa malam itu. Ketika sekelompok preman berbaju hitam datang, menyerang rumah tua yang kita huni, ketika kita semua sedang asyik berdiskusi. Semua kalap dirudung ketakutan yang mencekam. Tapi itu tak membuat kita goyah. Malah menjadikannya kekuatan untuk tetap bersatu. Mengobarkan semangat perlawanan.

Delapan tahun silam, kita ikut membentuk sejarah di negeri ini. Berangkat dari kondisi yang semakin tidak jelas. Harga sembako naik dan rakyat semakin terjerat. Dengan dahsyat seluruh elemen massa rakyat bersatu turun ke jalan. Meneriakkan reformasi. Menginginkan perubahan yang lebih baik. Selama tiga puluh dua tahun negeri ini dikuasai oleh rezim otoriter Suharto. Selama itu pula rakyat dibuai dengan kesejahteraan yang semu. Siapa yang berada di garda depan pada waktu itu? Tentu tak lain adalah kita, mahasiswa; generasi muda negeri ini. Dengan gerakan moralnya, kita mampu menumbangkan penguasa orde baru. Namun sayang, perubahan itu harus dibayar dengan darah. Ratusan orang menjadi tumbal reformasi 1998. Inilah catatan hitam dalam sejarah di negeri ini...Selengkapnya

16 Juni 2008

Sedikit Tentang Jazz

Jazz adalah musik abadi. Lahir pertama kali di daratan Amerika tepatnya di New Orleans, Louisiana pada akhir abad ke-19. Pertama kali dianggap sebagai musik kaum budak, karena jazz berakar dari musik blues yang berkembang di bagian selatan Amerika Serikat, daerah yang kala itu masih mempekerjakan budak yang berasal dari Afrika. Tetapi sekarang ini jazz bahkan dianggap sebagai musik kaum “berada” karena penyebarannya yang sangat cepat di luar Amerika.

Jazz sering didefinisikan : A genre of American music that originated in New Orleans circa 1900, characterized by strong, prominent meter, improvisation, distinctive tone color & performance techniques, and dotted or syncopatted rhytmic patterns.

Sebagai suatu genre musik, jazz ternyata telah mengambil tempat dalam sejarah musik dunia. Dulu jazz dianggap sebagai musik yang bikin pusing kepala, (sangat) susah dimengerti, dan membosankan. Tetapi sekarang, dengan berbagai jenis aliran dalam jazz yang sangat jauh berbeda dengan ketika pertama kali muncul, jazz telah mampu menyihir jutaan penggemar di seluruh dunia. Bahkan anak-anak muda-pun mulai banyak yang menggemari jazz.

Dari berbagai literatur (dan juga situs internet) yang memuat tentang jazz, kita dapat melihat berbagai aliran-aliran dalam jazz, sejak pertama kali muncul di New Orleans sampai perkembangannya sekarang ini. Mungkin tulisan ini kurang informatif dalam membahas tentang jazz tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran seperti apa musik jazz itu...
Selengkapnya

Cara Pinter Bikin Dokumenter



Judul Buku : Cara Pinter Bikin Film Dokumenter
Penulis : Fajar Nugroho
Penerbit : Galangpress, Yogyakarta
Cetakan : I, 2007
Tebal : 192 Halaman


Bila selama ini anda berangan ingin membuat sebuah film dokumenter, tetapi anda masih merasa kesulitan bagaimana harus memulainya, baik secara teknis maupun secara konsep, buku ini sangat tepat menjadi panduan anda.

Adalah Fajar Nugoro, seorang finalis Documentary Competition/ Eagle Award 2005 lewat fim Ksatria Kerajaan, menulis sebuah buku Cara Pinter Bikin Dokumenter. Di dalam buku ini Fajar menerangkan secara gamblang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, bagaimana proses film dokumenter itu dibuat – dari awal sampai akhir. Banyak film dokumenter yang telah diproduksi oleh sosok pria yang lahir di Yogyakarta, 29 Juli 1979 ini. Beberapa diantaranya adalah; Jogja Needs Hero, berkisah tentang isu badai tropis di Jogja pada awal 2005. Film dokumenter ini sempat diputar premier di bioskop Mataram Jogja dan disaksikan 2000 penonton...selengkapnya

13 Juni 2008

F I L S A F A T

Sebuah Pengantar

I. Pendahuluan



Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.


Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.


Ketika kita memasuki alam pustaka filsafat maka kita akan bingung sendiri dengan begitu banyaknya buku, thesis, teori yang jumlahnya ribuan banyaknya. Untuk itu agar tidak membuang waktu dan terhindar dari kekacauan, kita dapat memakai cara Engels memisahkan filsafat itu menjadi dua kubu besar yaitu filsafat materialis dan filsafat idealis, materialisme dan idealisme.


Yang dipisahkan menurut Engels ialah didasarkan atas sikap yang diambil oleh si pemikir, yakni apa yang pertama ada terlebih dahulu. Yang mengatakan benda dahulu baru datang fikiran itulah yang materialis dan yang mengatakan fikiran dahulu baru datang benda itulah yang idealis. Pada kubu idealis kita dapatkan beberapa pemikir terkemuka seperti Plato, Hume, Berkeley dan “raksasa pikiran” Hegel, pada kubu materialis kita berjumpa dengan Heraklit, Demokrit, Diderot dan berpuncak pada Marx dan Engels. Diantara kedua kubu ini ada juga yang berdiri ditengah-tengah setengah idealis dan setengah materialis ini disebut dengan penganut filsafat dualisme.



Pentingnya berfilsafat dan cara belajar filsafat


Berfilsafat itu penting, dengan berfilsafat orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat, sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.


Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat. Cara belajar filsafat adalah menangkap pengertiannya secara ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam praktek. Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan kembali secara ilmu...selengkapnya





Media Indie Alternatif Publikasi Karya

oleh : bungkapit

Barangkali banyak dari seorang penulis pemula (seperti saya) sering merasa bingung ketika menghasilkan tulisan untuk kali pertama. Pertanyaan – “Lantas bagaimana setelah tulisan selesai? Kemana saya harus publikasikan tulisan ini apabila media massa sering menolaknya?” – seperti ini sering menjadi momok yang menakutkan dalam diri penulis pemula. Rasa lelah, cemas, rendah diri dan putus asa akibat penolakan yang bertubi-tubi senantiasa menghantui dan mengendorkan semangat untuk menulis. Akhirnya, ketika kita (kalau boleh meng-kita-kan) tidak mampu bertahan oleh kondisi seperti itu sudah pasti akan terlempar keluar dari lingkaran proses ini.

Menulis bagi saya adalah sebuah proses untuk menjadi. Ketika saya banyak berguru pada para penulis yang namanya sering muncul dirubrik budaya dan opini beberapa media massa nasional hampir sepenuhnya selalu menutup nasehat bijaknya dengan kalimat; “terus...terus..terus dan teruslah menulis, entah apapun yang ingin kau tulis, jangan takut ditolak!”. Tidak hanya dari mereka, buku-buku yang beredar dipasaran yang bertemakan tentang cara menulis dan bagaimana menjadi penulis yang baik pada intinya sama, yaitu giat berlatih dan selalu berusaha karena dalam menulis itu 1% adalah bakat dan selebihnya adalah kerja keras.

Banyak sekali kata-kata bijak penulis ternama di negeri ini yang selalu memberikan dorongan kepada para penulis pemula atau orang yang telah menentukan jalan hidupnya sebagai penulis agar selalu dan selalu menulis. Karena bukan sebuah pepesan kosong jika ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa apapun yang tertulis akan tetap mengabadi dan yang terucap akan berlalu seperti angin.

Sebuah kebanggaan tersendiri bagi para penulis pemula(sekali lagi seperti saya) ketika menghasilkan tulisan untuk pertama kali. Rasa senang, puas, dan optimis bercampur aduk menjadi satu. Hal ini semakin meyakinkan dan menambah rasa percaya diri bahwa “Saya bisa menulis!”.

Namun semua tidak hanya berhenti sampai disini. Kepuasan dalam menulis belum lengkap apabila tulisan itu jadi dan kita nikmati sendiri. Saya mengamini bahwa kepuasan dan kebahagiaan terhadap karya tulis yang dihasilkan adalah ketika ia terpublikasikan, dibaca khalayak banyak, dan diberi tanggapan. Karena saya percaya bahwa dengan menulis – sadar atau tidak – kita telah menyampaikan nilai walaupun bukan bermaksud untuk menggurui. Penulis tidak mempunyai otoritas yang penuh dalam menentukan. Ia sekedar menyampaikan dan akhirnya semua penilaian akan kembali sepenuhnya kepada para pembaca karena merekalah yang lebih mempunyai otoritas itu.

Saya pun percaya tidak ada tiket gratis dalam membuat suatu tulisan. Meneliti, mencari bahan tulisan, membaca, dan waktu adalah harga yang harus dibayar untuk setiap tulisan yang dibuat. Harus ada sesuatu yang saya peroleh dari setiap tulisan yang saya buat tersebut. Itulah yang selalu saya pegang dan membuat saya selalu optimis setiap kali menulis. Sesuatu itu tidak harus berupa materi(baca: uang), walaupun saya tidak munafik terhadap materi tersebut. Paling tidak karya tersebut minimal terpublikasikan, dibaca khalayak, dan diberi penilaian. Tidak hanya abadi terdiam dalam folder-folder komputer atau tertumpuk berbaur dengan buku-buku dalam rak. Dengan cara itulah akan ada suatu penghargaan terhadap setiap tulisan yang dibuat. Bukan sebuah masalah bila penghargaan atau penilaian itu nantinya berupa hujatan atau syukur-syukur berupa pujian. Karena yang terpenting saya mampu menunjukkan pada khalayak banyak atau bahkan dunia bahwa saya juga mampu menulis dan akan menjadi penulis yang baik.

Lantas bagaimana jika semua itu berhenti pada satu titik klimaks; Ditolak oleh media! Kemana saya harus mempublikasikan tulisan saya? Hal seperti ini yang sering mengganggu pikiran saya ketika saya sudah dengan susah payah menghasilkan sebuah tulisan. Semuanya terasa kosong tanpa isi. Tidak hanya itu, rasa optimisme untuk menulis lagi pun menjadi hambar. Tetapi saya yakin inilah bagian dari proses itu. Pilihannya cuma ada dua; bertahan atau terlindas keluar.

Sampai akhirnya datang seorang kawan yang juga suka menulis. Awalnya dia juga mengalami kondisi yang sama seperti yang saya alami. Namun kawan saya yang satu ini jauh lebih baik keadaannya sekarang. Salah satu novel yang ia tulis dan ia selesaikan telah diterbitkan oleh salah satu penerbit di Jogja. Betapa senang tak terkira jika itu saya alami, gumam saya dalam hati pada waktu itu.

Melalui informasi dari teman saya itulah ternyata permasalahan yang saya alami diatas bukanlah sebuah halangan yang begitu signifikan. Selama kita masih terus berupaya dan bekerja keras memutar otak semua masalah pasti akan ada solusinya. Tidak perlu takut dan berpusing ria apabila setiap tulisan yang kita buat berkali-kali ditolak oleh redaksi. Ada satu counter media dimana kita bisa bebas mempublikasikan setiap tulisan yang kita buat dan tidak harus terpatok oleh aturan baku dari sebuah sistem seleksi yang diterapkan oleh berbagai media massa, baik lokal maupun nasional, dalam memilih setiap tulisan yang masuk ke redaksi dan layak untuk dimuat.

Banyak kalangan komunitas penulis yang menyebutnya sebagai Media Indie. Media inilah sebagai sarana alternatif dalam mempublikasikan setiap tulisan yang kita buat. Walaupun sifatnya tidak terlalu komersil bukan berarti setiap tulisan yang dipublikasikan melalui media indie ini tidak mempunyai nilai jual. Ada pasar tersendiri yang menjadi lahan distribusi media seperti ini. Dalam proses pendistribusiannya biasanya dilakukan secara grassroot. Ada pula yang menyebut media indie ini dengan istilah hobinomik. Sebuah istilah yang menjadi trend dan trademark mereka kalangan underground. Media ini tercipta berangkat dari satu hobi yang kemudian dikelola secara maksimal sehingga mempunyai nilai jual tersendiri.

Media indie sekarang sudah menjadi lifestyle ditingkatan kalangan muda yang banyak merasa gerah dengan media massa yang hanya berorientasi ke pasar. Tidak ada suasana baru yang diciptakan atau disediakan oleh media massa lokal maupun nasional. Ide-ide muda dan segar ini selalu mengalir dalam media indie yang dibuat oleh beberapa komunitas dan kalangan grassroot.

Tengoklah beberapa zine yang dibuat oleh komunitas anak-anak punk, underground dan beberapa komunitas penulis yang kini semakin marak terdistribusi di pasar. Tidak hanya itu saja, media indie ini pun juga merambah dunia maya. Banyaknya blog-blog yang dikelola secara personal ataupun kelompok inilah yang kini menjadi media alternatif publikasi karya di internet.

Dari sinilah akhirnya saya tahu bahwa alternatif publikasi karya tidak harus selalu dikirim ke media massa lokal ataupun nasional. Ada satu ruang alternatif publikasi karya yang selalu terbuka lebar dan menjadi ruang pembelajaran untuk selalu menulis. Tidak perlu lagi kita pusing atau bahkan mengalami syndrome rendah diri ketika belum ada satupun tulisan yang termuat di media massa lokal maupun nasional. Selama masih ada rasa optimis dan tetap berusaha bekerja keras untuk selalu menulis dan menjadi penulis yang baik selalu pula ada ruang untuk setiap tulisan yang kita buat. Karena sekali lagi saya mengamini bahwa menulis itu adalah sebuah proses untuk menjadi. Dan media indie adalah ruang alternatif untuk menampung semua karya kita.

***

Kediri, 30 Desember 2007

11 Juni 2008

Memahami Dusta dan Kebenaran dalam Sastra


Oleh: Herwan FR


Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa selain sebagai dunia rekaan (bukan nyata) dan sebagai dunia refleksi, sastra ternyata juga bisa dikatakan sebagai sebuah dusta. Sastra adalah dusta di dalam dirinya. Dikatakan demikian, lantaran sastra dapat menjadi 'kebenaran' melalui 'pembenaran-pembenaran' yang terjadi secara individual.

Di antara kebenaran dan dusta itu tak ada satu pun prosedur yang memungkinkannya menjadi 'kebenaran' atau 'dusta' massal atau kolektif. Semua bisa terjadi dalam dunia kemungkinan, sebagaimana semua pihak dapat menerima atau menolaknya melalui standar pribadi yang dimilikinya.

Simpulannya, dusta dan kebenaran dalam sastra memang tak terbatas, keduanya sedemikian rupa bias bercampur bagai molekul yang saling melarut. Ketika sastra diminta atau dipaksa mendesakkan dunia rekaannya pada pihak lain, ia berhenti menjadi seni. Mungkin ia berubah menjadi slogan, propaganda, agama, sains, atau ideologi. Dan sastra, tak berdaya untuk itu...selengkapnya


Mau ke Mana Pendidikan Dasar Kita?


MUNGKIN kita perlu bersyukur karena hampir semua anak Indonesia telah memperoleh akses pendidikan dasar. Meski demikian, kita juga perlu mawas diri. Dalam rangka mawas diri inilah, saya tidak tahu kita harus menangis atau tertawa jika menengok aneka indikator yang tersedia untuk dikaji.


Salah satu komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu Rata-rata Lama Pendidikan, menunjukkan angka- angka yang kurang membanggakan, terutama setelah merdeka lebih dari setengah abad. Angka tertinggi dimiliki Jakarta (9,7 atau setara dengan lulus SLTP), terutama Jakarta Selatan (10,0 atau setara dengan kelas I SMA), dan terendah adalah Nusa Tenggara Barat (5,2 atau setara dengan kelas V SD) dan Kota Sampang, Jawa Timur (2,5 atau tidak sampai kelas III SD). Apa sebabnya? Setelah lebih dari 60 tahun pendidikan nasional pascapenjajahan, generasi dengan lama pendidikan 0-10 tahun seharusnya sudah berganti dengan mereka yang memperoleh akses lebih baik. Mari kita memeriksa dua indikator penting sebagai berikut...selengkapnya

Hermeneutik

Oleh : Joko Sutrisno, S.Si., M.Pd.

ABSTRAK

Hermeneutik yang dalam istilah sehari-hari diartikan sebagai interpretasi atau penafsiran, pada awalnya merupakan metode penelitian dalam human sciences. Penerapan hermeneutik dalam human sciences ini diawali oleh F. Schleiermacher dan W. Dilthey, yang kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa pemikir sesudahnya seperti Heidegger dan Gadamer. Dalam makalah ini akan ditunjukkan bahwa di dalam sejarah perkembangannya, ilmu-ilmu alam atau natural science - yang berkaitan erat dengan scientific method, objectivity, dan rationality - juga melibatkan unsur-unsur hermeneutik. Beberapa teori dalam ilmu-ilmu alam, misalnya dalam fisika kuantum dan kosmologi, sebenarnya perupakan hasil interpretasi-interpretasi para ilmuwan yang dalam sejarahnya dapat digantikan oleh interpretasi-interpretasi baru atau yang oleh Kuhn disebut sebagai pergeseran paradigma dalam ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini akan diuraikan perkembangan pengertian hermeneutik, dilanjutkan dengan diskusi keberadaan hermeneutik dalam ilmu-ilmu alam, termasuk pergeseran paradigma Kuhn, dan diakhiri dengan uraian ringkas beberapa penemuan atau teori dalam ilmu alam yang relevan...selengkapnya

06 Juni 2008

Jazz dan Seorang Kawan yang Menyendiri

Dance me to your beauty with a burning violin
Dance me through the panic 'til I'm gathered safely in
Lift me like an olive branch and be my homeward dove

Dance me to the end of love
Dance me to the end of love(1)


Sebentar lagi. Ya, pasti tidak lama. Biarlah aku tunggu.

Memang belum lama aku mengenalnya. Baru beberapa pekan ini. Dan aku merasa senang setiap kali berdiskusi dengannya. Banyak hal yang aku pelajari darinya. Kadang kalau kita sudah bosan dengan tema yang berat, obrolan satire mengenai sex pun jadi santapan yang menarik untuk kesegaran otak. Ah, aku kira masing-masing manusia punya imajinasi liar tentang sex. Bahkan, tanpa sekolah pun.

Tak ada yang istimewa dengan Rendez-vous ini. Semua mengalir begitu saja. Sangat sederhana. Awalnya aku mengenal dia dari seorang kawan lamaku. Lalu berlanjut hingga sekarang. Persahabatan baru yang akan terjalin. Harapku. Mungkin.

Dan malam pun baru saja beranjak. Buatku ini saat-saat yang paling menyenangkan untuk menikmati keramaian malam. Melihat tawa-tawa lepas dari jiwa-jiwa yang lelah oleh belenggu rutinitas dan segala penat metropolis. Melihat lalu-lalang sepasang kekasih yang sedang asyik-masyuk bermesraan seperti dalam roman-roman picisan.

Alunan jazz mengalun dari sebuah gramofon yang terletak di sudut kedai ini. Dengan temaram lampu yang tak begitu terang. Sungguh tenang. Aku masih saja duduk berteman secangkir kopi kental pahit dan sebungkus rokok kretek.

Selintas kukenangkan,...selengkapnya